Senin, 04 Maret 2013

Jangan Remehkan UMKM

Hari ini, lupa saya hari apa. Yang saya tahu, tanggalnya adalah 16 Januari 2013. Yeah, gempita tahun baru masih terasa disini. Tak hanya disini, tapi di kantor juga.

Sebagai seorang marketer, saya pun kebagian tugas untuk membagikan kalender 2013 kepada para nasabah nasabah kami.

Sebelum beredar, Kang Iksan (Team Leader Braga) sempat mewanti-wanti,
“Harus sampai hari ini ya, soalnya takut keburu kadaluarsa kalendernya.”

Dari situ saya tahu, ternyata kalender bisa juga bernasib sama dengan bolu kukus, ada waktu kadaluarsanya.

Nasabah pertama yang saya kunjungi hari itu namanya, Teh Ida (Teh itu panggilan sunda untuk perempuan yang dianggap kakak, sama seperti Mbak).


Kenapa dia yang pertama saya kunjungi? Ya simple saja sih, selain orangnya baik, ga pernah nunggak, juga saya telah janji dari kemarinnya.
---
Hei, kawan. Sebelumnya saya kenalkan dulu ya, siapa itu si Teh Ida. Beliau adalah seorang entrepreneur sejati. Walaupun pendidikan terakhirnya SD, semangat juangnya dalam bidang wirausaha sungguh tak ada bandingnya.

Ibu yang telah bergelar hajjah ini adalah seorang bisniswoman. Usahanya seputar jual barang-barang elektronik. Ketika saya mengunjunginya, beliau sedang membuka kembali lagi usaha lamanya, berjualan BASO.

Ya, kalau kalian penasaran, datanglah ke terminal Parongpong Lembang, kawan!. Disana ada sebuah warung baso bertajuk BASO HI, apa itu HI? HI itu singkatan hey, Hajjah Ida. :D

Sesampainya disana, saya langsung disuguhi segelas jus alpukat sama sekotak donat keju. Aih, percayalah, ini gratis kawan. Padahal saya tidak minta. Suer!

Mau saya tolak, takut Teh Ida tersinggung. Ya sudah, atas nama memperat tali silaturahim, saya pun meminumnya dengan hati riang.

Sambil menikmati jus alpukat nikmat buatan Teh Ida, kami bercerita banyak. Cerita yang disampaikan Teh ida cukup menggugah nalar saya untuk segara terjun ke dunia usaha.

Jujur, dulu saya meremehkan profesi dagang. Tetapi setelah setahun setengah terjun ke dunia marketing dan mendengar obrolan Teh Ida ini, ternyata saya SALAH BESAR!

Iya, Saya SALAH BESAR!

Wirausaha adalah profesi yang mulia serta mengkayakan. Dulu, sering banyak cibiran yang satir mengatakan, “Masa sarjana Dagang? Gak malu sama gelar?”

Ternyata, anggapan itu harus dibumihanguskan sekarang juga!

Menurut cerita Teh Ida, beliau bisa berinvestasi dengan membeli tanah dan rumah seluas 10 tumbak di daerah parongpong Lembang hasil dari usaha baso tersebut. Selain itu, kebutuhannya tercukupi dengan baik.

Saya terhenyak.

Kenapa terhenyak? Karena saat itu saya sangat ingin berinvestasi, sementara gaji gak cukup. Haha..
Oleh karena, untuk mengejar cita-cita ini, SAYA HARUS SEGERA JADI WIRAUSAHA. Walaupun baru part-time.

Saya bukannya tak bersyukur dengan profesi marketer yang sekarang dijalani, justru saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT atas pekerjaan ini.

Saat jadi marketer, pikiran saya terbuka lebar. Tak terpenjara seperti dulu.

Dulu... iya, dulu. Cita-cita saya Cuma satu, jadi PNS. Ternyata, profesi yang menjanjikan itu banyak, kawan, tak hanya PNS doang.   

Bukannya profesi PNS jelek, justru bagus, tugasnya melayani rakyat. Tapi keinginan menjadi PNS jelek kalau didapatkan dengan cara dan niat yang buruk.

Cara seperti apa? Yaa, kalian tahu sendiri laah.

Daripada menyogok atau gontok gontokan jadi PNS, bukankah banyak pilihan lain yang lebih mulia? Jadi wirausaha contohnya. Usaha apa? Ya apa saja, yang penting halalan thoyiban :)

Apakah jadi pengusaha atau marketer jauh dari rasa galau? Sepertinya tidak. Jujur, saya juga kadang dihinggapi rasa galau. Tapi itulah hidup, kadang senang, kadang bahagia. PNS juga gitu kayanya. Hehe..

Jadi, agar hidup tenang, kembali lagi kita harus ingat kata Rasul, kawan:
 “Untuk urusan dunia, jangan mendongak ke atas, tapi lihat lah ke bawah.”

Ikhtiar saja, semaksimal mungkin, dan bersyukurlah dengan apa yang kau miliki sekarang.

Akhirul kalam,  TETAP SEMANGAAATTTT, dan ayo kita mulai terjun ke dunia wirausaha. Walaupun itu katanya usaha mikro kecil dan menengah.

-Ditulis oleh Deden Hanafi. Di Bandung. Di dalam sebuah kotak bernama Kostn-





0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar, Mumpung Gratis!